Potret Dua Desa di Banjarnegara Suplai Ratusan Ribu Kaos ke Ibu Kota

0

Banjarnegara, Suarakitanews.co.id  – Siapa sangka, kaos dan sejumlah pakaian yang beredar di tanah abang dan beberapa pasar di Indonesia ternyata diproduksi di Banjarnegara. Tepatnya di dua desa di sisi selatan Banjarnegara, yakni Desa Kebutuhduwur dan Desa Kebutuhjurang, Kecamatan Pagedongan.

Siang itu, suara deru mesin jahit terdengar saling sahut-menyahut di antara rumah-rumah warga. Dari pelataran rumah sederhana hingga halaman hunian gedongan, sejumlah warga terlihat sibuk mengerjakan pesanan konveksi yang datang tanpa henti.

Di dua desa ini, industri konveksi rumahan telah menjadi denyut nadi ekonomi. Hampir setiap keluarga terlibat. Ada yang menjahit, mengobras, menyetrika, memberi label, hingga melakukan proses packing. Laki-laki dan perempuan, tua dan muda, bekerja berdampingan sambil sesekali bercakap di antara tumpukan kain sebelum dilakukan proses jahit.

Aris salah satu pelaku usaha konveksi asal Desa Kebutuhduwur mengatakan, konveksi di dua desa ini sebagian besar bekerja sebagai mitra vendor dari Jakarta. BIasanya, bahan bakunya seperti kain, pola, hingga aksesori didatangkan langsung dari Jakarta. Nantinya, setelah jadi barang-barang tersebut kembali dikirim ke ibu kota.

“Kalau di Kebutuhduwur dan Kebutuhjurang itu memang Sebagian besar bekerja atau membuka usaha di konveksi. Jadi di sini hanya produksi, bahan sampai pola dari Jakarta. Nanti setelah jadi dibawa lagi ke Jakarta,” terangnya saat ditemui di rumah produksinya di Desa Kebutuh Duwur, Jumat (28/11/2025).

Dalam kondisi normal, warga Kebutuhduwur dan Kebutuhjurang mengirimkan hasil produksi setiap tiga hari sekali atau tiga kali dalam satu minggu. Jumlahnya tidak main-main, sekali kirim sampai lima truk atau kurang lebih 90 ribu potong kaos per pengiriman.

“Kalau kirim, sekali berangkat lima truk itu bukan hanya dari tempat saya tetapi semua dari dua des aini. Jumlahnya berarti kalau semuanya sampai 90 ribu sekali kirim. Jadi kalau seminggu sampai ratusan ribu potong,” kata dia.

Dari sana, kaos-kaos itu masuk ke pasar grosir Tanah Abang hingga menyebar ke berbagai daerah di Indonesia. Bahkan kaos ini juga dikirim ke luar negeri, yakni di pasar Malaysia.

“Setelah di Jakarta yang jual bukan kami. Kita hanya kirim ke Gudang. Biasanya dari Gudang it uke pasar Tanah Abang, dan pasar-pasar lain di Indonesia. Ada juga yang dijual di pasar Malaysia,” ungkapnya.

Pria yang mulai bergelut di dunia konveksi sejak 2011 lalu ini juga menyampaikan alur kerja yang intens ini bukan beban, melainkan peluang ekonomi. Jika sebelumnya warga di dua desa hanya menggantungkan hidup pada pertanian, kini ada alternatif lain. Sebab, beberapa tanaman sangat tergantung dengan musim.

“Di sini kalau pertanian itu kapulaga. Namun hasil alam tak selalu sejalan dengan harapan. Saat musim hujan, kapulaga sulit dijemur sehingga penghasilan kerap turun drastis. Dan Alhamdulillah adanya konveksi ini bisa mencukupi kebutuhan rumah, bahkan memang ada yang bisa menyisihkan,” ujarnya.

Rept. Haris S

Editor.  Herman

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *